Inilah
ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sangat sulit, namun bukan satu hal yang
mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini *bagi seorang laki-laki* adalah salat
Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Sedangkan bagi wanita, salat Subuh
tepat pada waktunya di rumah. Setiap orang dianggap gagal dalam ujian penting
ini, manakala mereka salat tidak tepat waktu, sesuai yang telah ditetapkan
Allah swt.
Sikap
manusia dalam menunaikan salat wajib cukup beragam. Ada yang mengerjakan
sebagian salatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula
yang melaksanakan salat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan,
Ada pula sebagian orang yang mengerjakan salat ketika hampir habis Batas
waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang
mengerjakan salat wajib secara berjamaah di mushala/masjid pada awal waktu.
Rasulullah
saw. Telah membuat klasifikasi yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk
membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a., IA berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda: " Sesungguhnya salat yang
paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya' Dan salat Subuh. Sekiranya
mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan
mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Apabila Rasulullah saw. meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya
pada saat salat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi salat Subuh
(di masjid), maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.
Di
balik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar ini, tersimpan rahasia yang
menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirunut, bersumber dari pelaksanaan
salat Subuh yang disepelekan. Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah saw.
sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu.
Pernah
suatu hari, mereka terlambat salat Subuh dalam penaklulkan benteng Tastar.
'Kejadian' ini membuat seorang sahabat, Anas bin Malik selalu menangis bila
mengingatnya. Yang menarik, ternyata Subuh juga menjadi waktu peralihan dari
era jahiliyah menuju era tauhid. Kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum pendurhaka lainnya,
dilibas azab Allah swt. pada waktu Subuh.
Seorang
penguasa Yahudi pernah menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan orang Islam,
kecuali pada satu hal, yaitu bila jumlah jamaah salat Subuh mencapai jumlah
jamaah salat Jumat. Memang, tanpa salat Subuh, umat Islam tidak lagi berwibawa.
Tak selayaknya kaum muslimin mengharapkan kemuliaan, kehormatan, dan kejayaan,
bila mereka tidak memperhatikan salat ini.
Bagaimana
orang-orang muslim tidur di waktu Subuh, lalu dia berdoa pada waktu Dhuha atau
waktu Zhuhur atau waktu sore hari (Ashar), memohon kemenangan, keteguhan dan
kejayaan di muka bumi. Bagaimana mungkin?
Sesungguhnya
agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi semua
syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekuen dengan akidah,
berakhlak mulia, mengikuti ajaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan tidak
sedikit pun meninggalkannya, baik yang sepele apalagi yang sangat penting.
Subhanallah!
Allah swt. akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan
menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu
yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat
yang mulia ini. Allah swt akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga
salat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam. Diriwayatkan dari
Ammarah bin Ruwainah r.a., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
"Tidak akan masuk neraka, orang yang salat sebelum terbit matahari dan
sebelum terbenam matahari." (HR. Muslim).
Salat
Subuh merupakan hadiah dari Allah swt., tidak diberikan, kecuali kepada
orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan,
bagaimana mungkin akan bangun untuk salat Subuh? Hati yang tertutup dosa,
bagaimana mungkin akan terpengaruh oleh hadist-hadist yang berbicara tentang
keutamaan salat Subuh?
Orang
munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah di
masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya
mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah
saw.: " Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."
Coba
kita bayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak
ada orang yang membantu memapahnya. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia
bersikeras mendatangi masjid dengan merangkak dan merayap di atas tanah untuk
mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah Sekiranya kita
saksikan ada orang yang meninggalkan salat Subuh berjamaah di masjid (dengan
sengaja), maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.
Tentu
saja, tulisan ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan salat
Subuh di masjid dengan sebutan munafik. Allah swt Maha Tahu akan kondisi setiap
muslim. Namun, sebaiknya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan koreksi bagi
setiap individu (kita), orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta
sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita salat Subuh berjamaah di masjid/musalla
secara istiqomah?
Jika
seseorang meninggalkan salat Subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut
adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya
terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah (intropeksi diri) dan
bertaubat. Mengapa? Karena dikhawatirkan akhir hayat yang buruk (su'ul
khatimah) akan menimpanya. Nauzubillah mindzalik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar